Sajak 'Biarkan Saya Berbicara’
Oleh: Shinta Tiara
PRINCE and PRINCES Of JIHAD
Kita memang tak memegang senapan. Tangan kita kosong.
Tapi, bukankah kita punya Tuhan, kawan?
Di saat kau pulang dengan membawa kemenangan , badan ditegakkan, bukankah kau bangga?
Bukankah kalian sering bercerita tentang indahnya surga? Dan akupun selalu mendengarkan dengan seksama.
Betapa indah jika kita termasuk bagian di dalamnya, kawan.
Ayolah, kenapa kita tidak pernah melakukan sesuatu?
Ayo bela saudara-saudara kita dari para Thaguf kaum kuffar. Mengembalikan izzah mereka.
Seorang mujahid menunduk kepada Allah penuh kekhusyu’an, apakah kau tahu air matanya berceceran?
Wahai kawanku, yang bahkan punya waktu lebih lama untuk bermain game daripada shalat.
Seolah kau tidak merasa rugi dengan waktumu yang terbuang sia-sia.
Wahai sahabatku, yang sibuk sekali mengurus bisnis.
Seolah itu hal terakhir yang akan kau bawa.
Apa kalian telah mengetahui berita tentang islam sekarang?
Sungguh, ini akan menyayat hati.
Para kafir telah datang, menduduki kursi-kursi pemerintahan.
Sedangkan muslim terbunuh dan tertawan.
Kenapa kalian tetap diam? Kenapa tak kau lepaskan duniamu?
Bukankah ia tak menjanjikan apapun selain kerugian?
Kalian, hamba-hamba Allah adalah saudara. Kenapa saling memutus darah islam diantara kalian?
Apa tidak ada hati yang tergerak?
Bahkan hanya untuk sekedar menyebarkan pengetahuan, da’wah?
Aku bukan orang yang paham islam seperti kalian, kawan.
Bagiku, islam masih saja buram. Tapi aku dapat merasakannya
Andai engkau melihat mereka.. andai engkau di posisi mereka...
Apa tidak ada keinginan untuk jihad di hati kalian?
Sungguh, Allah tak akan berbohong dengan janjiNya.
“Surga adalah milik para mujahid dan mujahidah yang berjuang di jalanKu.”
Jadilah pendekar, yang berseru keras demi islam!
Jadilah puta dan putri muslim yang taat!
Tolong, berjuanglah kawan.
Ini agama kita, bangsa kita, siapa lagi kalau bukan kalian, putra dan putri islam yang siap berjuang... (Shinta Tiara)
Oleh: Shinta Tiara
PRINCE and PRINCES Of JIHAD
Kita memang tak memegang senapan. Tangan kita kosong.
Tapi, bukankah kita punya Tuhan, kawan?
Di saat kau pulang dengan membawa kemenangan , badan ditegakkan, bukankah kau bangga?
Bukankah kalian sering bercerita tentang indahnya surga? Dan akupun selalu mendengarkan dengan seksama.
Betapa indah jika kita termasuk bagian di dalamnya, kawan.
Ayolah, kenapa kita tidak pernah melakukan sesuatu?
Ayo bela saudara-saudara kita dari para Thaguf kaum kuffar. Mengembalikan izzah mereka.
Seorang mujahid menunduk kepada Allah penuh kekhusyu’an, apakah kau tahu air matanya berceceran?
Wahai kawanku, yang bahkan punya waktu lebih lama untuk bermain game daripada shalat.
Seolah kau tidak merasa rugi dengan waktumu yang terbuang sia-sia.
Wahai sahabatku, yang sibuk sekali mengurus bisnis.
Seolah itu hal terakhir yang akan kau bawa.
Apa kalian telah mengetahui berita tentang islam sekarang?
Sungguh, ini akan menyayat hati.
Para kafir telah datang, menduduki kursi-kursi pemerintahan.
Sedangkan muslim terbunuh dan tertawan.
Kenapa kalian tetap diam? Kenapa tak kau lepaskan duniamu?
Bukankah ia tak menjanjikan apapun selain kerugian?
Kalian, hamba-hamba Allah adalah saudara. Kenapa saling memutus darah islam diantara kalian?
Apa tidak ada hati yang tergerak?
Bahkan hanya untuk sekedar menyebarkan pengetahuan, da’wah?
Aku bukan orang yang paham islam seperti kalian, kawan.
Bagiku, islam masih saja buram. Tapi aku dapat merasakannya
Andai engkau melihat mereka.. andai engkau di posisi mereka...
Apa tidak ada keinginan untuk jihad di hati kalian?
Sungguh, Allah tak akan berbohong dengan janjiNya.
“Surga adalah milik para mujahid dan mujahidah yang berjuang di jalanKu.”
Jadilah pendekar, yang berseru keras demi islam!
Jadilah puta dan putri muslim yang taat!
Tolong, berjuanglah kawan.
Ini agama kita, bangsa kita, siapa lagi kalau bukan kalian, putra dan putri islam yang siap berjuang... (Shinta Tiara)